Suku di Aceh
03.08Suku di Aceh
1. Suku Aceh
Suku Aceh (bahasa Aceh: Ureuëng Acèh) adalah nama sebuah suku penduduk
asli yang mendiami wilayah pesisir dan sebagian pedalaman Provinsi Aceh,
Indonesia. Suku Aceh mayoritas beragama Islam. Bahasa yang dituturkan
adalah bahasa Aceh, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa
Melayu-Polinesia Barat dan berkerabat dekat dengan bahasa Cham yang
dipertuturkan di Vietnam dan Kamboja. Suku Aceh sesungguhnya merupakan
keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa yang menetap di tanah Aceh.
Pengikat kesatuan budaya suku Aceh terutama ialah dalam bahasa, agama,
dan adat khas Aceh.
Berdasarkan estimasi terkini, jumlah suku Aceh mencapai 4.477.000 jiwa,
yang sebagian besar bertempat tinggal di Provinsi Aceh, Indonesia.
Sedangkan menurut hasil olahan data sensus BPS 2010 oleh Aris Ananta
dkk., jumlah suku Aceh di Indonesia adalah sebanyak 3.404.000 jiwa.
Selain di Indonesia, terdapat pula minoritas diaspora yang cukup banyak
di Malaysia, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan negara-negara
Skandinavia.
Suku Aceh pada masa pra-modern hidup secara matrilokal dan komunal.
Mereka tinggal di pemukiman yang disebut gampong. Persekutuan dari
gampong-gampong membentuk mukim. Masa keemasan budaya Aceh dimulai pada
abad ke-16, seiring kejayaan kerajaan Islam Aceh Darussalam, dan
kemudian mencapai puncaknya pada abad ke-17. Suku Aceh pada umumnya
dikenal sebagai pemegang teguh ajaran agama Islam, dan juga sebagai
pejuang militan dalam melawan penaklukan kolonial Portugis dan Belanda.
2. Suku Aneuk Jamee
Suku Aneuk Jamee adalah sebuah suku yang tersebar di sepanjang pesisir
barat dan selatan Aceh. Dari segi bahasa, diperkirakan masih merupakan
dialek dari bahasa Minangkabau. Namun, akibat pengaruh proses asimilasi
kebudayaan yang cukup lama, kebanyakan dari Suku Aneuk Jamee, terutama
yang mendiami kawasan yang didominasi oleh Suku Aceh, misalnya di
wilayah Kabupaten Aceh Barat, Bahasa Aneuk Jamee hanya dituturkan di
kalangan orang-orang tua saja dan saat ini umumnya mereka lebih lazim
menggunakan Bahasa Aceh sebagai bahasa pergaulan sehari-hari (lingua
franca). Adapun asal mula penyebutan “Aneuk Jamee” diduga kuat
dipopulerkan oleh Suku Aceh setempat, sebagai wujud dari sifat
keterbukaan Orang Aceh dalam memuliakan kelompok warga Minangkabau yang
datang mengungsi (eksodus) dari tanah leluhurnya yang ketika itu berada
di bawah cengkraman penjajah Belanda. Secara harfiah, istilah Aneuk
Jamee berasal dari Bahasa Aceh yang berarti “anak tamu”.
3. Suku Alas
Suku Alas merupakan salah satu suku yang bermukim di Kabupaten Aceh
Tenggara, Provinsi Aceh (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata
“alas” dalam bahasa Alas berarti “tikar”. Hal ini ada kaitannya dengan
keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela
Bukit Barisan. Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu di
antaranya adalah Lawe Alas (Sungai Alas).
Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian
dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh.
Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopi, dan kemiri, serta
mencari berbagai hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan.
Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau,
dan sapi.
Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami
oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge
berasal dari satu nenek moyang yang sama. Pola hidup kekeluargaan mereka
adalah kebersamaan dan persatuan. Mereka menarik garis keturunan
patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut
adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.
Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada juga yang
mempercayai praktik perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian. Mereka
melakukan upacara-upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu
agar pertanian mereka mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama.
0 komentar