Suku Di Sulawesi Tenggara
03.21Suku Di Sulawesi Tenggara
Suku Tolaki
Suku Tolaki adalah suatu komunitas masyarakat yang berdiam di kota
Kendari, Konawe dan konawe selatan di Sulawesi Tenggara. Menurut cerita
rakyat, bahwa dahulu ada sebuah kerajaan, yaitu Kerajaan Konawe. Raja
Konawe yang terkenal adalah Haluoleo. Dari keturunan orang-orang
kerajaan inilah yang menjadi masyarakat suku Tolaki sekarang. Pada masa
sebelum-sebelumnya orang Tolaki merupakan masyarakat yang nomaden,
mereka bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, hidup dari hasil
berburu dan mencari tempat baru untuk membuka ladang. Mereka percaya
bahwa nenek moyang mereka berasal dari daratan china, yaitu dari daerah
Yunnan yang bermigrasi ke wilayah ini.
Dalam tradisi orang Tolaki memberi petunjuk bahwa penghuni pertama daratan Sulawesi Tenggara adalah Toono Peiku (ndoka) yang hidup dalam gua-gua dan makanannya adalah Sekam. Orang Tolaki pada umumnya menamakan dirinya Tolahianga yang artinya orang dari langit, yaitu dari Cina. Kalau demikian istilah Hiu dalam bahasa Cina artinya langit dihubungkan dengan kata Heo (Oheo) bahasa Tolaki yang berarti terdampar.
Dalam tradisi orang Tolaki memberi petunjuk bahwa penghuni pertama daratan Sulawesi Tenggara adalah Toono Peiku (ndoka) yang hidup dalam gua-gua dan makanannya adalah Sekam. Orang Tolaki pada umumnya menamakan dirinya Tolahianga yang artinya orang dari langit, yaitu dari Cina. Kalau demikian istilah Hiu dalam bahasa Cina artinya langit dihubungkan dengan kata Heo (Oheo) bahasa Tolaki yang berarti terdampar.
Suku Mekongga
Suku Mekongga, adalah salah suatu komunitas masyarakat adat yang berdiam
di kabupaten Kolaka dan sebagian kecil juga terdapat di kabupaten
Kolaka Utara Sulawesi Tenggara. Suku Mekongga merupakan salah satu
sub-etnik dari suku Tolaki. Menurut orang Tolaki, bahwa orang Mekongga
adalah orang Tolaki juga. Istilah Mekongga, konon berasal dari kata "to
mekongga", yang berarti "to" berarti "orang" dan "mekongga" berarti
"pembunuh burung elang raksasa", jadi kata "to mekongga" berarti "orang
yang membunuh burung elang raksasa". Sedangkan burung elang raksasa
dalam bahasa Mekongga adalah "Konggaha’a".
Kabupaten Kolaka tempat kediaman suku Mekongga ini disebut juga sebagai "Bumi Mekongga". Di daerah pemukiman orang Mekongga terdapat sebuah gunung yang bernama gunung Mekongga. Menurut orang Mekongga sendiri gunung Mekongga merupakan gunung keramat. Menurut cerita rakyat, di gunung ini terdapat Tebing Putih yang bernama Musero-sero yang merupakan pusat kerajaan jin untuk wilayah Kolaka Utara.
Kabupaten Kolaka tempat kediaman suku Mekongga ini disebut juga sebagai "Bumi Mekongga". Di daerah pemukiman orang Mekongga terdapat sebuah gunung yang bernama gunung Mekongga. Menurut orang Mekongga sendiri gunung Mekongga merupakan gunung keramat. Menurut cerita rakyat, di gunung ini terdapat Tebing Putih yang bernama Musero-sero yang merupakan pusat kerajaan jin untuk wilayah Kolaka Utara.
Suku Buton
Orang Buton atau Butung mendiami pulau Buton atau Pulau Butung yang
terletak di sebelah selatan jazirah Sulawesi bagian Tenggara. Secara
administratif berada dalam wilayah Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Orang Buton dikenal sebagai salah satu suku bangsa perantau.
Banyak di antara mereka yang tersebar sampai ke Sabah (Malayisa), Pulau
Seram, dan Maluku Utara. Mereka memang terkenal sebagai pelaut dan
pedagang yang ulet. Populasinya sekarang sekitar 400.000 jiwa. Bahasa
Buton digolongkan ahli etnolinguistik klasik, Esser, ke dalam kelompok
Muna-Butung. Bahasa Buton terbagi ke dalam beberapa dialek, seperti
dialek Butung, Wolio, Wapacana, Cia-Cia, dan Wakatobi. Kemudian semua
dialek itu terbagi-bagi lagi ke dalam lebih kurang 22 buah sub-dialek.
Suku Wolio
Suku Wolio adalah suatu suku yang tersebar di kepulauan Buton, Muna dan
Kabaena di provinsi Sulawesi Tenggara. Juga terdapat di pulau-pulau
kecil di provinsi Selatan. Populasi suku Wolio diperkirakan lebih dari
30.000 orang. Suku Wolio berbicara dengan bahasa Wolio. Bahasa Wolio
merupakan sub-bahasa Buton-Muna, yang termasuk cabang bahasa
Austronesia. Menurut para peneliti bahwa suku Wolio ini merupakan bagian
dari sub-suku Buton. Dikatakan bahwa dahulunya orang Wolio juga
merupakan keturunan dari Kerajaan Buton yang sejak abad 15 menguasai
wilayah Buton. Hingga saat ini bahasa Wolio masih dipakai oleh
masyarakat khususnya yang ada di Kota Bau-Bau, namum bahasa Wolio ini
tetap dikenal oleh masyarakat dari berbagai penjuru daerah bekas
pemerintahan kerajaan atau kesultanan Buton.
1 komentar
Tidak ada jawaban
BalasHapus